Pimpinan FPI Rizieq Shihab tampil
berkhotbah dalam salat Jumat di Monas, sementara Presiden Joko Widodo,
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menkopolhukam Wiranto, dan Menteri Agama
Lukman Hakim Saifuddin bergabung sambil mendengarkan khotbah.
Peneliti
senior Wahid Institute, Ahmad Suaedy menilai bahwa langkah presiden
tersebut adalah tanda "terjadi moderasi di kedua belah pihak".
"Pada
(aksi) 411 itu ada jarak yang jauh, untuk ketemu saja ada negosiasi,
kemudian merencanakan lagi, terjadi dialog, tadinya kan mau Jumatan di
Bundaran HI, Jumatan ini berbeda dengan apa yang direncanakan," kata
Ahmad Suaedy.
Menurutnya, momentum salat Jumat ini sebagai upaya
komunikasi dengan kelompok pemrotes "sudah cukup ideal", karena dalam
aksi 411 sebelumnya, pihak penggalang aksi dinilai "sudah merasa begitu
di atas angin" sehingga berkomunikasi dengan mereka akan
"kontraproduktif".
Dalam salat Jumat tersebut, presiden, wapres,
serta menteri-menteri mendengarkan khotbah dari Ketua FPI Rizieq Shihab.
Saat ditanya, apakah ini akan memunculkan persepsi bahwa Jokowi seolah
'tunduk' pada FPI, Suaedy menolak anggapan itu.
"Saya berpersepsi bahwa Jokowi sedang berkomunikasi dengan masyarakat
yang lebih luas, yang begitu besar, dan itu bukan karena FPI, itu
karena keterlibatan banyak pihak, terutama guru ngaji, majelis taklim,
yang ikut dalam proses ini, yang mereka sesungguhnya punya agenda
masing-masing. Politik kan seni berkomunikasi, nah inilah hakekat
komunikasi politik karena sudah terjadi moderasi," katanya.
Meski
begitu, Suaedy menegaskan bahwa setelah proses ini, pemerintah harus
"tetap pada pendirian hukum, mana yang salah mana yang benar."
"Kalau
misalnya di pihak masyarakat ada yang salah, harus ditegakkan. jangan
sampai ada pengorbanan di salah satu orang ya, misalnya Ahok dan Buni
Yani dipakai sebagai dua orang korban untuk menyelamatkan yang lain,
misalnya, tapi harus benar-benar siapa yang salah, itu yang harus
dihukum," kata Ahmad Suaedy.
Rizieq permalukan presiden?
Seusai
salat Jumat, presiden sempat satu panggung dengan Rizieq Shihab. Jokowi
yang naik panggung menyampaikan terima kasih kepada para pengunjuk rasa
212 yang melakukan aksi mereka dengan tertib.
Dengan keriuhan dan sambutan yang meriah, Jokowi juga mengucap terima kasih atas doa yang dipanjatkan untuk keselamatan bangsa.
Namun
hanya sesaat setelah Jokowi pergi, seperti dilaporkan wartawan BBC
Heyder Affan, Rizieq Shihab mengambil panggung dan memimpin massa untuk
menyanyikan seruan penangkapan Ahok dengan nada lagu anak-anak, 'Menanam
Jagung,' menjadi: "Tangkap, tangkap, tangkap di Ahok, tangkap si Ahok
sekarang juga."
Ketika ditanya mengenai peristiwa ini, apakah
artinya Jokowi yang sudah berkompromi besar, ternyata masih
dipermalukan, Suaedy justru mengatakan bahwa aksi seperti ini terjadi
karena pemerintah tidak pernah tegas sejak awal kepada orang-orang yang
melakukan hate speech atau ujaran kebencian terhadap kelompok atau orang lain.
"Tidak
pernah ditegakkan, sehingga terjadi akumulasi. Aksi ini adalah
akumulasi, kesalahan pemerintah yang membiarkan kelompok-kelompok
sehingga tidak ditegakkan hukum," kata Suaedy.
Keputusan cepat untuk ikut salat Jumat
Hendardi,
Ketua Setara Institute, juga menyatakan bahwa langkah Jokowi ikut salat
Jumat adalah "tindakan politik simbolis untuk menunjukkan bahwa
stabilitas politik dan keamanan tetap terkendali", namun dia menyesalkan
kehadiran Jokowi di tengah massa aksi.
"(Kehadiran Jokowi)
memberikan preseden buruk pada kehidupan kebangsaan Indonesia, di mana
pada akhirnya Jokowi berkompromi dengan beberapa elite kelompok
intoleran yang sudah berulang kali melakukan aksi kekerasan. Kerumunan
massa telah menjadi sumber legitimasi dan kebenaran baru untuk
menentukan proses hukum dan pengambilan keputusan politik," kata
Hendardi. Dia membandingkannya dengan langkah Jokowi yang tidak bersikap
apapun atas aksi Kamisan yang diselenggarakan ratusan kali oleh korban
dan keluarga korban pelanggaran HAM.
Menteri Agama Lukman Hakim
Saifudin sebelumnya mengatakan bahwa presiden sendiri yang memutuskan
untuk melakukan salat Jumat di Monas "setelah tentu mendengar banyak
pertimbangan dari berbagai kalangan."
"Putusan itu mendekati saat azan Salat Jumat tadi. Jadi memang tenggang waktunya sangat singkat sekali," kata Lukman.
Sumber : http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38178890?ocid=socialflow_facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar